Saturday, July 21, 2012

Cinta Sejati, Is it real?

Pertama aku ucapin selamat menjalankan ibadah puasa buat yang puasa, semoga kelak bisa masuk sorga. yang gak puasa juga semoga diberi umur panjang supaya tahun depan bisa ikutan puasa.

 Masi nerusin tentang cinta, Cinta Sejati, Is it real?

Yup, tanpa diragukan lagi cinta sejati itu memang ada, buktinya kita bisa melihat pasangan kakek-nenek yang tetap saling mencintai sampai ajal memisahkan mereka. (cie..cie..)

 
Cinta yang aku bahas disini, beda ama cinta sreorang ibu ke anaknya, ato yang semisal dengannya ( dengan siaapa??? dengannya!!, maksudnya???, aaaahhh... Cerewet), Cinta disini, dimana?? Disini!!, disinni dimana??, aaaa..hhh, Cerewet.

Oke. Serius. Cinta di postingan terakhir ini, (bagian sebelumnya ada di bawah noh..!!) murni cinta seorang laki-laki kepada perempuan. Kayak cintanya Romeo dan Juliet (yang tragis, kasihan banget ya!!). Tapi diceritain secara ilmiah, nah gimana terjadinya proses cinta (yang tragis) itu jadi cinta sejati. 

Let's get down....

Sebelumnya kita kudu ngerti dulu apa itu “cinta sejati”. There are so many definition to explain what real love is exactly?? jumlahnya tak terhitung saking banyaknya. Namun kita tak perlu bingung. Toh kebanyakan definisi itu merupakan hasil pemikiran subyektif dan tidak logis. Nyambung sama posting sebelumnya kalo para penderita cinta tu gak pake akal kalo mikir. So, yang bikin definisi juga pasti lagi gak beres. Supaya tidak terjebak dalam kebingungan, lebih baik kita bersandar pada definisi cinta sejati yang ilmiah, obyektif, dan logis.

Salah satu definisi yang ilmiah, obyektif dan logis itu dikemukakan oleh M Scott Peck dalam The Road Less Travelled. Ia mendefinisikan cinta sebagai “kemauan untuk mengembangkan diri sendiri dengan maksud memelihara pertumbuhan spiritual diri sendiri atau perkembangan spiritual orang lain”.

Ungkapan “dengan maksud” pada definisi tersebut mempunyai arti tujuanlah yang terutama membedakan antara cinta dan yang bukan cinta. Dengan demikian, cemburu buta atau pun upaya mengekang sang kekasih (walau dengan alasan demi menjaga keselamatannya) bukanlah cinta sejati. Dalam pada itu,(dalam pada itu??) untuk memelihara perkembangan spiritual orang lain yang kita cintai, kita perlu lebih dulu mengembangkan diri sendiri.

Mengapa demikian?, timbul pertanyaan. M Scott Peck menerangkan:

“Bila kita mencintai seseorang, cinta kita dapat dibuktikan atau diwujudkan hanya dengan cara pengerahan tenaga kita sendiri…. Cinta bukan tanpa usaha. Sebaliknya, cinta itu penuh dengan usaha”.

Nah, sekarang mari kembali ke bagian ilmu pengetahuannya. Pasangan dalam hubungan jangka panjang  dan bahagia berarti telah beralih dari kedaan dimabuk asmara akibat dopamin- ke induksi (emang magnet??) oxytocin tenang. Oksitosin selain terkait dengan perasaan kepuasan yang mempromosikan rasa ikatan dan hubungan dan dilepaskan selama menyusui, pelukan, dan orgasme.

Pasangan yang berhasil dalam mencari cara untuk merangsang pelepasan oksitosin dalam satu sama lain lebih cenderung senang untuk tetap selalu bersama.
Hidup Oksitosin!! Hidup Oksitosin.. Jayalah selalu engkau di hati-hati setiap manusia...!!!

(ngomong apaan sih nih bocah..?? mabok ya..?? kebanyakan minum coca-cola nih..). O, ya kalo ada yang bilang cinta itu gak pake logika, jangan langsung percaya. suruh lah teman, keluarga , saudara, sahabat dan orang2 terdekat kamu buat baca2 ke blog ini dulu (he..he..).

Sekian dulu akhir postingan tentang cinta2an, tungguin postingan selanjutnya. di channel dan blog yang satu ini. Stay tune.

Demikian Zul melaporkan langsung dari bulan (ngapain ke bulan???, ya biarin suka2 dong) dan seluruh kerabat kerja yang bertugas undur diri.

REGARDS

                                                                                                                                     _^.^!!
Semua Naskah yang aku potong2in dan tambah2in ttg cinta yang ilmiah, naskah aslinya ada di: 

 Http://yogapw.wordpress.com


0 comments:

Post a Comment