Showing posts with label ngobrol sastra. Show all posts
Showing posts with label ngobrol sastra. Show all posts

Monday, April 29, 2013

FIKSIMINI, coba ahh..



# Aku coba buat fiksimini ikut2 an blog mr. Agus Noor yang sebelumnya udah diikutin duluan sama temenku yang coba bikin fiksimini. Aku diam2 mengaguminya.

# Ah, segarnya cocacola ini, ku beli seribu lima ratus di warung mbok Yem, hasil ngamen tujuh bulan. Baru bisa beli hari ini, di hari kematian ibuku.

# Selasa ini masih seperti Selasa yang lain saat ku lihat dinda di sampingku, tapi menjadi beda saat ku lihat Dodi menggantikannya.

# Namanya Mbah Amat, dia seorang pengumpul sampah. Saat ku tanya nama lengkapnya, dia menjawab

Wednesday, March 27, 2013

Kebaikan atau kejahatan??



Dilihat dari konstruktivisme maka kita akan melihat bagaimana kepentingan dan identitas seorang individu menentukan posisi mana yang akan dia pilih. Terdapat factor lain yaitu interaksi yang akan membentuk suatu persepsi bagaimana seharusnya seorang individu bertindak (lingkungan).

Titik keseimbangan dalam tindakan itulah yang disebut harmoni
Kejahatan merupakan titik balik kebaikan, pun berlaku sebaliknya dan berlaku secara universal

*tsaahhhh.....

Tuesday, July 17, 2012

Ngomongin Sastra #6



Karya sastra merupakan kumpulan kode-kode, dan untuk menciptakan suatu makna harus didasarkan pada kode-kode tersebut (Iser: 1978).

Tetapi di lain sisi masih menurut Iser, jika terjadi kesesuaian kode yang sempurna dalam pembacaan makna maka suatu karya akan sama sekali tidak menggugah dan tidak menarik lagi. Di sinilah arti penting Kritik
(Sabri: 1993), persepsi adalah aktifitas yang memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan melalui alat indra untuk mengenali lingkungannya. 

Pengamatan secara sadar dipengaruhi oleh: pengalaman, proses belajar, cakrawala pengetahuan objek, kebutuhan individu, usia, kepribadian, jenis kelamin (bersifat subjektif), dan lingkungan sosial, hukum/ norma yang berlaku, dan nilai dalam hukum masyarakat (struktural)

Merujuk pada Comte, kemajuan masyarakat berkaitan dengan berfungsinya pikiran secara tepat. 



Friday, June 15, 2012

Ngomongin Sastra #5


Pembicaraan tentang makna telah menjadi suatu perdebatan yang sulit bahkan telah dimulai sejak Plato, the greek. Sampai akhirnya muncul teori-teori modern yang ramai membicarakan hal itu.

Makna karya identik dengan apa yang dimaksudkan pengarang pada saat sebuah karya ditulis, tapi juga bukan serta merta hanya ada satu penafsiran. Bisa jadi ada lebih dari satu penafsiran  yang berbeda dan itu sah. Akan tetapi di sini harus dibatasi, bahwasannya semua makna harus bergerak dalam sistem ekspektasi dan kemungkinan tipikal yang diizinkan oleh makna pengarang, karena makna disini merupakan sesuatu yang dikehendaki pengarang (property pengarang) yang tidak boleh/ tidak bisa dicuri atau dilanggar oleh pembaca.

Tetapi karena perbedaan waktu dan kondisi sosial yang ada, muncul masalah dalam usaha menentukan makna.

Thursday, May 31, 2012

Ngomongin Sastra #4



Di dalam bukunya Hirch mengatakan bahwa makna karya identik dengan yang dimaksudkan pengarang saat karya ditulis, tapi bagi Hirch juga bukan serta merta hanya ada satu penafsiran. Bisa jadi ada lebih dari satu penafsiran yang sah dan berbeda. Jadi bagi Hirch makna adalah sesuatu yang dikendaki pengarang Tetapi karena perbedaan waktu dan kondisi sosial yang ada muncyl masalah dalam usaha membentuk makna.

Berbeda dengan Hirch,perkembangan hermeneutika dikenal dengan nama estetika resepsi/ teori resepsi. Teori ini meneliti peran pembaca dalam kesusastraan. Bagi teori resepsi pembaca makna bersifat dinamis, terjadi pergerakan di pemekaran sepanjang waktu.

Karya sastra yang efektif baginya adalah karya yang mampu memaksa pembaca menuju kesadaran kritis baru tentang kode dan ekspektasinya yang biasa.



Thursday, May 24, 2012

Ngomongin Sastra #3



Pengalaman muncul karena tindakan merasakan, Husserl mengatakan dalam bukunya yang saya lupa judulnya, bahwa makna muncul terlebih dahulu daripada bahasa. Makna didasarkan pada pengalaman, sedangkan bahasa muncul seiring dengan kondisi sosial masyarakat. Pada intinya yaitubahasa muncul sebagai sebuah sistem untuk menetapkan makna. 

Makna bisa berubah sesuai dengan realitas, Heidegger menyebutkan bahwa manusia dari awal selalu ada di dunia, kita menjadi subjek manusia karena kita terlibat dengan pihak lain dan materi.
Pra pemahaman muncul karena manusia telah mempunyai asumsi terhadap makna, sebelum kita berfikir. Dan aku adalah proyeksi diri di masa depan dengan kemungkinan-kemungkinan baru.
Bahasa adalah dimensi dimana manusia bergerak.

Ngomongin Sastra #2



“Kepastian sama dengan mereduksi dunia luar menjadi isi kesadaran kita/ fenomenologi murni”.

 Fenomenologi murni yaitu mencari hingga tak terbagi lagi (esensi) merupakan ilmu kesadaran, disini kesadaran manusia menjadi subjek. Disini juga berlaku hukum kausalitas dimana tidak ada objek tanpa subjek dan sebaliknya. 

Dunia adalah apa yang aku maksudkan, harus dipahami, melalui hubungannya dengan diriku yang terkait dengan kesadaranku. Subjek adalah sumber makna, dunia adalah objek.
Kritik fenomenologis berusaha menganalisa puisi murni,sehingga memahami kesadaran pengarang, pikiran pengarang, dan hubungan penulis dengan dunianya. 

Kritik fenomenologis merupakan cara pandang pengarang yang mengalami waktu dan tempat pada hubungan antara diri dan orang lain atau persepsi pengarang terhadap objek material.Di dalam fenomenologis, manusia bertindak sebagai subjek dan dunia sebagai objek. Manusia sebagai sumber kausalitas, apakah berhenti sampai disitu saja? Sebagian dari kita menjawab “iya”, atau yang lain melanjutkan pertanyaan itu dan sampai ke pertanyaan apakah manusia sebagai subjek sekaligus objek dari sesuatu yang lebih besar? Dan kembali lagi sebagian dari kita menjawab “iya”. Dan begitu seterusnya sampai diri ini menemukan esensi, sesuatu yang tidak dapat terbagi lagi. 


Itu dulu, regards.