Ya,
kata itu yang terlintas sewaktu Kanta mencoba mencari alasan mengapa (tidak)
melakukan hal ini atau hal itu. Sudah menjadi sifat dominan manusia untuk
selalu menjadi yang paling benar. Dan sering kali hal ini ( pembenaran) tumpang
tindih dengan kebenaran.
Saat
kita mencari kebenaran kadang kita justru terjerumus dalam suatu pembenaran-
pembenaran yang mana hal itu merupakan hasil kompromi kita sendiri. Contoh
kecil: Suatu ketika adzan maghrib sudah berkumandang, tetapi masih ada sebagian
kita yang sibuk dengan urusan organisasi yang bahkan sampai adzan maghrib
selesai masih saja meneruskan kegiatannya dengan berbagai alibi. Atau sedang
ada kerjaan yang penting apalagi dikejar dead line, pas sedang asyk-asyiknya
mengetik ada Adzan. Memang benar adanya, bahwa menyelesaikan suatu pekerjaan
merupakan bagian dari amanah. Dan amanah adalah suatu kewajiban, bahkan
memenuhi amanah pun diperintahkan oleh Alloh dan Rosul- Nya. Akan tetapi,
seringkali kita meletakan suatu kewajiban-kewajiban dalam posisi yang (entah
sengaja atau tidak) saling dilawankan dengan kewajiban lain yang mungkin lebih
wajib.
Contoh
di atas hanya sebagian kecil saja, masih banyak situasi dimana mungkin kita
terperosok dalam suatu pembenaran-pembenaran yang akhirnya sekali lagi harus
berkompromi dengan keadaan.
Hal
ini juga berkaitan erat dengan pengetahuan (keilmuan) Si Pelaku tentang
pentingnya skala prioritas, sehingga dia mengetahui manakah hal-hal yang
penting dan harus di dahulukan diantara hal-hal yang penting.
Bagaimana
dengan kamu? Sudah belajar apa hari ini?
0 comments:
Post a Comment