Assalammualaikum
wa rohmatullohi wa barokatuh
Memasuki
Romadhon kali ini seperti melihat diriku sendiri yang sedang berada di dalam
bus kota yang penuh sesak. Penuh akan orang-orang dengan berbagai macam
kepentingan dan tujuan. Orang-orang itu aku tak mengenalnya, mungkin saja
mereka akan turun ditujuan mana saja yang mereka kehendaki sesuai dengan apa
yang telah mereka niatkan saat hendak menaiki bus ini.
Di sampingku
aku melihat ada seorang guru matematika.Beliau menenteng sebuah tas kulit warna
coklat.Aku masih dapat melihat sisa peluh yang menempel di dahinya karena
memang cuaca yang cukup panas sedang menyelimuti Semarang. Saat ku tanya hendak
ke mana, beliau menjawab hendak pulang menemui keluarganya yang sudah menunggu
di rumah.
Selama dalam
perjalanan beliau sempat bercerita bahwa beliau mengajar
para muridnya supaya pandai, selain itu sebagai aktualisasi akan ilmu yang beliau miliki, agar ilmu itu bermanfaat, bukankah, ilmu yang bermanfaat termasuk dalam amal jariyah?!!, amal yang tidak akan terputus oleh kematian . Dan semuanya diniatkan karena Alloh S.W.T, Beliau juga mengatakan kalau pernah mendengar dalam sebuah ceramah yang menjelaskan bahwa perginya seorang suami mencari nafkah untuk keluarganya adalah termasuk jihad fi sabillillah. Maka, ketka nantinya menerima hasil jerih payahnya mengajar, akan sepenuhnya diberikan untuk kepentingan keluarganya.
para muridnya supaya pandai, selain itu sebagai aktualisasi akan ilmu yang beliau miliki, agar ilmu itu bermanfaat, bukankah, ilmu yang bermanfaat termasuk dalam amal jariyah?!!, amal yang tidak akan terputus oleh kematian . Dan semuanya diniatkan karena Alloh S.W.T, Beliau juga mengatakan kalau pernah mendengar dalam sebuah ceramah yang menjelaskan bahwa perginya seorang suami mencari nafkah untuk keluarganya adalah termasuk jihad fi sabillillah. Maka, ketka nantinya menerima hasil jerih payahnya mengajar, akan sepenuhnya diberikan untuk kepentingan keluarganya.
Lain lagi
dengan dua orang remaja yang duduk dua bangku di depanku, sepertinya mereka
pasangan kekasih. Dari obrolan yang samar-samar ku dengar, keduanya nekat kabur
dari rumah karena tidak diperbolehkan menikah oleh keluarganya. Naudzubillahi
min dzalik.
Aku kembali
melihat diriku lagi, hendak kemana aku? Apa niatanku menaiki bus ini?
Sejenak aku
terdiam, dan kembali mengucapkan niat dalam hati. Niatanku adalah sebuah rindu.
Telah ku lewati bangunan-bangunan megah,saat dalam perjalananku, sempat
terbersit dalam benak”mungkin itu tujuanku”, tapi bukan.
Dan
selayaknya sebuah perjalanan rindu itu, aku bersimpuh mengharapkan cinta-Mu dalam
perjalanan Romadhon kali ini..Engkau telah mengisyaratkan bahwa perjalananku
baru dimulai, dan takkan pernah kau bisa sampai di tujuanmu, kecuali telah
bertambah ketaqwaanmu pada-Ku. Melewati hari-hari dimana amalan-amalan sunah
benilai amalan wajib,dan amalan wajib Engkau lipatgandakan nilainya. Melewati
hari-hari dimana Engkau bagikan rahmat dan ampunan bagi mereka yang
mengharapkannya.
Betapa murah
hati dan pengasih akan hamba-hamba-Nya, wahai Engkau Tuhan malam dan siang
bahkan saking maha penyayangnya, wahai Engkau Tuhan penggenggam semesta telah Engkau
belenggu musuh-musuh kami.
Ini seperti
kami yang sedang bertinju tapi melawan musuh yang tangannya terikat, maka
sungguh sangat malu aku pada-Mu dan akan lebih malu lagi pada diriku sendiri
jika aku kalah dalam perjuangan menuju ketaqwaan pada-Mu, cintaku. Rinduku
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa”,
Nawaitu
Shouma Ghodin An adaai Fardhishshahri Romahona Hadhihissanati Lillahi Taala.
Wallahu a’lam bishshowab
* naskah ini juga ada disini
0 comments:
Post a Comment