Kasihan
manusia yang pada bulan dibagikan ampunan, namun mereka enggan memintanya,
Mereka bermaksiyat,
dikala yang lain sibuk bertobat
Kasihan
manusia yang menjadikan bulan Romadhon sama seperti bulan-bulan lainnya,
dan
menganggap puasa adalah sebuah ritual yang merepotkan .
Kasihan
manusia yang meremehkan janji Nya dalam kitab Nya yang mereka baca dahulu
ketika sekolah dasar,
sementara saat
mereka dewasa menyerah pada lapar, pada haus, pada panas udara yang menyekat
kerongkongan.
Kasihan
manusia yang tidak pernah melangkahkan kakinya ke masjid
Untuk
menghidupkan malam-malamnya
Membasahi
lisannya dengan mengingat Nya, mengharap ridho Nya.
dan tidak
memohon ampunan kecuali ketika nyawa
Kasihan manusia
yang siangnya sama dengan malamnya,
Terkurung
dalam kehidupan dunia,
dan sibuk
menjadi robot-robot mekanik yang dikendalikan dunia..
Kasihan
manusia yang menyambut hari rayanya
Tanpa
mendapat berkah dan ampunan dari Tuhannya,
hanya disibukkan
dengan persiapan kue-kue dan makanan pengganjal perut.
Kasihan
manusia yang mengira apabila dirinya telah selesai menunaikan puasa Romadhon
Lalu
memasuki syawal seolah-olah telah terbebas dari belenggu ritual dan kembali
menjadi seperti dirinya sebelum Romadhon,
Dengan
menghitung kebaikan-kebaikannya selama Romadhon,
lalu
membayangkan bahwa dia terlepas dari semua beban dosa.
Kemudian kembali
berbohong, kembali hatinya dipenuhi iri dengki,
tangannya
kembali menggenggam dunia seolah tak mau dilepaskan
Kasihan
manusia yang Romadhonnya seperti siklus yang terus berulang,
yang
mengangap Romadhon tahun ini telah berhasil ia lalui seperti tahun-tahun
sebelumnya,
Tahun
kemarin seperti itu, tahun ini seperti itu, tahun depan akan seperti itu, terus
berulang.
Inspired by
Bangsa Kasihan
Khalil Gibran
0 comments:
Post a Comment